{[['']]}
Judul Buku : LUKISAN DI ATAS PASIR PUTIH
(Novel)
Penulis : Thie F.Z.
(Novel)
Penulis : Thie F.Z.
Penerbit : Puput Happy Publishing
Cetakan : Cetakan Pertama, November 2012
Isi : iv + 142 Halaman; 13x19 cm.
ISBN : 978-602-7806-04-7
Cetakan : Cetakan Pertama, November 2012
Isi : iv + 142 Halaman; 13x19 cm.
ISBN : 978-602-7806-04-7
Harga : Rp 36.125,-
Sinopsis:
“Bila sudah besar nanti aku ingin menjadi seorang nahkoda yang memiliki kapal sendiri, dan aku akan menjemput Emak di Malaysia!”
“Bila sudah besar nanti aku ingin menjadi seorang nahkoda yang memiliki kapal sendiri, dan aku akan menjemput Emak di Malaysia!”
“Bagaimana
bisa kaumelakukan itu sementara kau tidak pandai berlayar dan tidak tahu di
mana itu Malaysia?!”
“Aku
akan sekolah untuk mengetahuinya!”
“Lalu
bagaimana kau dapat bertemu dengan Emak sementara kau tidak mengenal wajah Emak?”
Pasir putih adalah sebuah
nama tempat di sebuah pesisir yang terdapat di pantai kabupaten Batu Bara,
Sumatera Utara. Tempat itu dinamakan oleh masyarakat pesisir dan para nelayan
yang ada di sana. Pesisir yang terdapat di bibir pantai itu terhampar luas dan
terlihat menyilaukan bila matahari bersinar terik dan terasa panas di telapak
kaki. Di tempat itulah masyarakat setempat telah lama memanfaatkan kondisi
alamnya selain untuk mencari ikan juga dipakai sebagai rekreasi juga
penyebrangan.
Novel
ini mengisahkan tentang tiga kakak beradik dari anak melayu pesisir yang harus
tetap mempertahankan hidup mereka setelah ditinggal mati oleh ayah mereka dan
ditinggal pergi oleh emak mereka. Emak pergi merantau ke Malaysia dan tidak
pernah pulang selama enam tahun setelah Ayah meninggal karena sakit dan tidak
sanggup lagi mencari ikan di laut. Tidak ada yang tahu alamat Emak di Malaysia
selain Ayah sehingga tidak ada yang bisa mengabarkan berita kematian Ayah
kepada Emak di Malaysia.
Pasir
Putih banyak meninggalkan kisah kenangan mereka. Heri sebagai abang tertua
tidak pernah lepas berharap kedatangan Emak bersama adik perempuannya, Azy.
Angga yang telah ditinggal pergi sejak usianya dua tahun tidak lagi mengenal
wajah emaknya sampai di usianya yang kedelapan tahun. Itu pun dia dapat
mengetahuinya dari lukisan abangnya, Heri, lima tahun yang lalu. Dari lukisan
yang menggambarkan wajah Emak mereka itulah Angga bisa menemukan emaknya tanpa
disadarinya setelah masyarakat kampung menganggap Emak mereka telah hilang atau
mati.**
NB: Buku sudah bisa dipesan via SMS ke 085642560633 / 085742400147 / 089666969878